
Di tengah kemajuan zaman dan derasnya arus globalisasi, banyak hal dalam kehidupan mulai dinilai berdasarkan nilai materi, jabatan, dan popularitas. Segala sesuatu yang tidak langsung menghasilkan uang sering kali dianggap sebagai pemborosan waktu. Tidak terkecuali aktivitas mulia seperti mengajar di madrasah diniyah sebuah lembaga pendidikan Islam non-formal yang fokus pada pengajaran dasar-dasar agama.
Sebagian orang mungkin memandang remeh peran guru di madrasah diniyah. “Gajinya kecil”, “muridnya sedikit”, “tempatnya kurang nyaman”, dan berbagai komentar lain seolah merendahkan perjuangan para pendidik diniyah. Namun kenyataannya, mengajar di madrasah diniyah adalah ladang amal, sarana dakwah, dan benteng terakhir nilai-nilai Islam dalam masyarakat. Mengajar di sana bukanlah pemborosan waktu, justru sebaliknya, ini adalah investasi abadi.
Melestarikan Warisan Ilmu Para Ulama
Madrasah diniyah adalah mata rantai keilmuan Islam yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di dalamnya diajarkan ilmu fikih, akidah, akhlak, Al-Qur’an, dan hadis — ilmu-ilmu pokok yang menjadi fondasi keimanan umat. Tanpa madrasah diniyah, anak-anak kita bisa tumbuh pintar secara duniawi, namun kering secara ruhani.
Seorang guru diniyah, meski hanya mengajar iqra’ atau doa-doa harian, sesungguhnya sedang menjaga cahaya keilmuan Islam tetap menyala di tengah masyarakat. Ia menjadi penerus para ulama yang dahulu mengajarkan agama di langgar-langgar kecil dan surau terpencil. Maka mengajar di madrasah diniyah berarti menjaga warisan yang sangat berharga.
Mencetak Generasi Muslim yang Berakhlak
Madrasah diniyah tidak hanya membekali murid dengan ilmu, tetapi juga membentuk karakter. Di saat pendidikan formal lebih menekankan nilai kognitif dan prestasi akademik, madrasah diniyah hadir sebagai pelengkap — menanamkan adab, sopan santun, dan etika Islam sejak dini.
Seorang anak yang dibina di madrasah diniyah akan tumbuh dengan kesadaran agama yang kuat, paham halal haram, menghormati orang tua, dan memiliki tanggung jawab sosial. Inilah yang dibutuhkan oleh bangsa dan umat: generasi yang cerdas secara intelektual dan luhur secara moral.
Pahala Jariyah yang Tak Terputus
Salah satu keutamaan mengajar ilmu agama adalah pahalanya tidak terputus walau guru telah tiada. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)
Bayangkan, jika seorang guru mengajarkan satu doa kepada murid, lalu doa itu terus diamalkan sepanjang hidup, bahkan diajarkan lagi ke anak cucunya, maka rantai pahala akan terus mengalir kepada guru pertama itu. Bandingkan dengan pekerjaan duniawi yang hasilnya hanya bertahan sesaat.
Sarana Dakwah Paling Efektif
Mengajar di madrasah diniyah adalah bentuk dakwah langsung yang sangat efektif. Tanpa perlu mimbar besar atau kamera, guru diniyah mendakwahkan Islam setiap hari melalui interaksi langsung dengan para santri. Setiap senyuman, nasihat, koreksi, dan pelajaran yang diberikan menjadi media dakwah yang menyentuh hati.
Tidak jarang, guru diniyah menjadi panutan masyarakat sekitar. Bahkan dalam kondisi serba terbatas, mereka tetap istiqamah mengajar. Mereka tidak menuntut popularitas atau pujian. Mereka berdakwah dengan kesabaran, keteladanan, dan ketulusan.
Latihan Keikhlasan dan Pengorbanan
Mengajar di madrasah diniyah tidak menjanjikan bayaran besar, fasilitas mewah, atau penghargaan resmi dari negara. Namun justru di situlah nilai keikhlasan diuji dan ditempa. Guru diniyah rela mengorbankan waktu, tenaga, bahkan harta pribadinya demi melihat anak didiknya paham agama.
Ini bukan perkara kecil. Di saat banyak orang hanya mengejar pekerjaan yang menghasilkan materi, guru diniyah hadir dengan misi mengabdi kepada Allah melalui pendidikan. Mereka adalah para pejuang sunyi yang tetap berjalan walau dunia tidak melihat.
Pondasi Kuat Bagi Ketahanan Sosial
Masyarakat yang agamis dan beradab tidak lahir dari pembangunan infrastruktur saja. Ia butuh pondasi moral dan spiritual yang kuat. Di sinilah peran madrasah diniyah begitu penting. Anak-anak yang sejak kecil sudah terbiasa belajar agama akan tumbuh menjadi pemuda yang tangguh, tidak mudah terpengaruh pergaulan bebas, paham batasan syariat, dan punya orientasi hidup yang jelas.
Jika kita mengabaikan pendidikan diniyah, maka kita sedang membiarkan generasi muda tumbuh tanpa arah. Mengajar di madrasah diniyah berarti ikut serta membangun masa depan masyarakat yang sehat secara ruhani.
Waktu yang Terpakai dengan Mulia
Mengajar di madrasah diniyah memang tidak selalu mudah. Tapi justru karena itulah nilainya tinggi. Ia bukan buang-buang waktu, melainkan pemanfaatan waktu dengan cara paling mulia. Ia adalah jihad, amal jariyah, bentuk dakwah, dan sekaligus jalan menuju surga.
Maka kepada para guru madrasah diniyah: jangan pernah ragu dengan pilihan Anda. Meskipun mungkin tak semua orang menghargai perjuangan Anda, yakinlah bahwa Allah mencatat setiap huruf yang Anda ajarkan, setiap doa yang Anda bisikkan, dan setiap kesabaran yang Anda lalui.
Sebab bagi mereka yang mengajar dengan hati, setiap menitnya adalah ladang pahala bukan waktu yang terbuang.